jump to navigation

[BAGAIMANA MENSIKAPI KEGAGALAN] KISAH MENDORONG BATU…!!! Maret 1, 2011

Posted by ekojuli in islam zone, motivasi dan outbond.
Tags: , ,
6 comments

Seorang laki-laki sedang tertidur di bawah pohon besar. Kemudian dia bermimpi ada cahaya terang mendatanginya. Dia bermimpi bertemu Tuhan.

Tuhan berkata kepadanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan kepadanya sebuah batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya.

Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Berbulan-bulan ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia.

Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya “Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya.”

Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah. Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat.

“Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?” pikirnya.

“Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik.”

Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan mengadu segala permasalahannya itu kepada Tuhan.

“Tuhan,” katanya “Aku telah bekerja keras sekian lama dan menjalankan perintah-Mu, dengan segenap kekuatanku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa?

Mengapa aku gagal?’

Tuhan berkata,”Hambaku, ketika aku memintamu untuk melaksanakan perintah-Ku dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar?”

”Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu. Tetapi ketaatanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmah yang akan Kuberikan kepadamu.”

Lelaki itu tiba-tiba terbangun dari mimpinya, dan bersujud syukur karena ia merasa dan paham bahwa ia telah mendapatkan hidayah-Nya.

Terkadang, ketika kita mendengar perintah Allah, yang pertama kali kita gunakan cenderung pikiran dan nafsu kita untuk menganalisa keinginanNya, bukan keimanan dahulu yang kita utamakan. Padahal perintah itu jelas kebenarannya.

Sesungguhnya apa yang Allah inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan taat kepadaNya. Dan yakinlah itu adalah kebutuhan kita. Allah tidak butuh ibadah kita. Demi Allah, ketika semua makhluk berpaling dari Nya, maka tidak akan mengurangi sedikitpun kebesaran dan kemulyaan Allah. Dan sebaliknya ketika semua makhluk beribadah kepada Nya, tidak akan menambah sedikitpun kebesaran dan kemuliaan Allah Tuhan kita.

Satu sisi terkadang kita salah menilai sebuah kegagalan… Padahal dibalik sebuah kegagalan banyak pelajaran penting yang kita dapatkan..
betul??
Insya Allah…

Terimakasih telah membaca, Salam Motivasi..!

[CERITA MENYENTUH HATI] Ibu, Maafkan Aku…!!! Mei 26, 2009

Posted by ekojuli in Touching Story.
Tags: , ,
321 comments
bunda

bunda

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya.

Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.

Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”

” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu

“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.

Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

“Adaapa nona?” Tanya si pemilik kedai.

“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,…

ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah”

“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata

“Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.

“Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia mnguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang”

Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.

Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

===============================================================

Ibu, Maafkan Aku…!!! (seri-2 Tamat)


Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi

Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya

CERITA YANG GAGH KALAH SERU
silakan di lanjutkan baca yang ini:

[KISAH POHON APEL] Untuk kedua OrangTuaku: Maafkan Aku

 

sumber : kaskus.us

[MANAGEMENT MASALAH] Berhentilah Menjadi Gelas April 28, 2009

Posted by ekojuli in management, motivasi dan outbond.
Tags:
9 comments

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya. “Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.” (From : Suluk – logsome)

* * *

Saat anda menghadapi persoalan yang rumit, sangatlah mudah menimpakan semua kesalahan kepada Tuhan. Anda akan berkata, Mengapa dari sekian milyar orang yang Kau ciptakan, kenapa harus aku yang menanggung beban permasalahan ini ya Tuhan? Ya, sangat mudah kita berputus asa, dan berpikir seperti itu. Oleh karena itu, ketika pikiran negatif kita berkuasa, kita akan berpikir untuk menimpakan semua masalah itu ke Tuhan dan lalu menyesal kenapa semua itu harus terjadi pada kita.

Tapi, percayalah, selalu ada pikiran positif yang akan memberikan alternatif yang lebih menenangkan jiwa kita, lalu membuat kita bersyukur di balik semua masalah yang menimpa kita. Bersyukur bahwa semua masalah itu dapat kita hadapi dan membuat kita lebih dewasa. Singkatnya, kita akan belajar tentang hidup ketika kita menghadapi masalah.

Sadarlah selalu, bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, hanya kadar dan macamnya saja yang berbeda-beda. Seseorang, misalnya, sedang mempunyai masalah dengan keluarganya, sementara yang lain mengalami kesulitan keuangan. Namun intinya sama, yaitu bebas dari masalah. Disadari atau tidak sesungguhnya Tuhan menciptakan persoalan sesuai dengan kemampuan manusianya. Jadi, pada dasarnya tergantung pada manusianya, apakah mampu mengatasinya atau tidak. Bahkan tidak hanya mengatasi, apakah mengubahnya menjadi lebih baik atau tidak.

Menyikapi masalah atau persoalan, setiap manusia mempunyai dua cara meresponnya, ada yang dengan senang hati menerimanya dan ada pula yang putus asa.

Respon yang paling bijak adalah terima masalah tersebut dengan lapang dada, tidak menyesali apa yang telah terjadi dan selalu memupuk spirit. Sungguh, hidup adalah anugerah, sehingga cobalah untuk menerima dengan lapang dada dan senang hati meski hidup terkadang pelik dan sulit. Hidup juga perjuangan, hadapilah semampunya, cari solusinya jika mendapati masalah atau persoalan. Dan jika tidak bisa, mintalah bantuan kepada yang mau dan mampu memecahkan permasalahan kita.

Benar sekali bahwa seseorang belum dikatakan teruji kalau belum tersandung masalah. Kebahagiaan maupun kesuksesan sejati sesungguhnya berawal dari timbulnya masalah, namun dapat diatasi dengan baik. Kita sering mendengar bahwa “dibalik kesulitan, ada kemudahan“.

Cinta, benci, sedih, dan bahagia, itu semua diawali dari pemikiran kita sendiri dan rangsangan dari pihak luar tubuh kita. Semua itu masuk ke dalam otak kita yang mempunyai kadar pertimbangan sendiri untuk memikirkan bahwa input tersebut menyenangkan atau tidak.

Tidak ada orang yang bahagia selamanya. Begitu pun sebaliknya, tidak ada orang yang sedih selamanya. Namun, ada orang yang sebagian besar hidupnya dia merasakan kebahagiaan, walau minim harta, apalagi tahta. Ada juga yang merasakan kesedihan yang tak berujung, walau dia bergelimang harta dan tahta. Bahagia dan sedih sesungguhnya hanya dipikiran kita saja. Kita sendirilah yang membuatnya, mau dibuat sedih atau bahagia. Ya, terkadang situasi sekitarlah yang sedikit banyak mempengaruhi suasana hati kita. Ada orang yang saat perasaan sedih datang, ia melampiaskannya dengan mendekatkan diri pada agama, atau mendengar musik, bahkan menonton dan membaca kisah-kisah lucu. Tapi, ada juga melampiaskannya pada hal-hal negatif, tak patut saya sebutkan di sini. Anda dapat melakukan macam lainnya, misalnya dengan menyenangkan hati orang-orang terdekat, yang pada intinya melakukan hal-hal positif. Marilah kita sejak dini—saat ini—mengenali jati diri kita, agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik lagi dari sekarang.

Suatu kali, Mario Teguh, sang Motivator dan konsultan, mendapatkan seseorang “curhat” mengenai pengalaman buruk yang dialaminya. Orang itu bercerita bahwa dirinya merasa dikhianati oleh seseorang yang telah menipunya habis-habisan. Singkatnya, dalam hubungan itu, ia ditinggalkan dan dicampakkan begitu saja. Hatinya perih dan pedih bila mengingat peristiwa itu. Kebahagiaannya hingga saat itu hilang ditelan bumi. Orang itu lalu bertanya pada Mario bagaimana cara menghilangkan perasaan tersebut.

Sang motivator plus konsultas tersebut kemudian memberiman solusinya, bahwa janganlah mengeluhkan perubahan yang terjadi di sekitar kita, dan menyalahkan atas ketidakbahagiaan kita. Mario berujar, “Ingatlah bahwa sumber utama dari ketidak-bahagiaan adalah penolakkan terhadap yang telah terjadi. Apakah yang bisa Anda lakukan untuk yang telah disebut ‘tadi’?Kehidupan Anda berada dalam rentang waktu yang disebut ‘sekarang’ dan sedang terjadi sekarang – sehingga satu-satunya waktu yang bisa Anda gunakan untuk menyebabkan perubahan yang membahagiakan adalah sekarang.”

Ya, saya sepakat dengan Mario bahwa kita memang tidak akan mampu mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kita tetap berkuasa penuh atas apa yang dapat kita lakukan untuk menjadikan apa pun yang terjadi sebagai alasan bagi upaya-upaya terbaik kita. jadi, saat inilah untuk mengubah energi negatif menjadi energi positif.

Mario juga mengatakan bahwa bila kita mensyaratkan kebahagiaan atas suatu keadaan, maka kita pasti tidak akan berbahagia dalam keadaan yang lain. Karena perubahan adalah nama dari perjalanan hidup kita. Oleh karena itu jadikanlah diri kita mampu merasakan kebahagiaan dalam keadaan apapun.

Rasa senang, bahagia, kesal, kecewa adalah salah satu rasa yang ada dalam hati kita. Kita tentu lebih suka jika rasa itu adalah senang dan bahagia bukan? Tetapi apakah kita tetap bisa bahagia dan senang meskipun kita mengalami kejadian yang buruk? Harus kita sadari bahwa kita tak akan pernah bisa mengubah kejadian itu sesuai dengan keinginan kita. Satu yang pasti, kita bisa menentukan rasa yang muncul. Itulah yang dinamakan menata hati. Sangat sulit memang mempraktikannya, walau mudah juga sebetulnya.

Sedari kecil kita telah terbiasa merespon hal-hal yang ada sesuai dengan persepsi kita. Kita selalu berpikir bahwa ketika ada sesuatu yang di luar harapan maka respon yang paling tepat adalah kecewa atau marah. Dan ketika bisa mendapatkan apa yang kita inginkan maka kita akan senang dan bahagia.
Sesungguhnya kebahagiaan dan ketenangan sejati itu tidak tergantung pada apa yang terjadi di luar kita. Kedua hal itu sangat bergantung dengan keadaan di dalam diri kita, pun tidak bergantung pada apa yang kita miliki, siapa kita, pendidikan kita, jabatan kita, dan lain-lain. Kebahagiaan datang dengan menutup mata. Kebahagiaan menghampiri pada siapa saja. Hanya saja kebahagiaan terkadang datangnya tidak gratis. Kita harus melewati ujian-ujian terlebih dahulu, atau juga kadang harus kita kejar baru bisa kita dapatkan.

Oleh karena itu, ada dua yang pasti kita dapatkan dalam meraih hidup ini di mana keduanya harus kita terima dengan ikhlas, jangan hanya salah satunya saja. Dua hal itu adalah bahagia dan sedih/kecewa. Bersiap-siaplah menerima kebahagiaan itu, tapi bersiap-siap pula menerima kesedihan. Marilah kita terima kedua rasa itu sebagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Bukankah di dunia ini banyak sekali yang berpasangan, kebahagiaan dan kekecewaan adalah salah satunya. Di mana ada bahagia pasti ada kecewa. Begitu juga sebaliknya di mana ada kekecewaan pasti ada kebahagiaan.

Kebahagiaan sesungguhnya tak perlu ditunggu. Rasakanlah saat ini juga. Kebahagiaan dapat kita ciptakan saat ini juga. Awalnya memang sulit dan terkesan dibuat-buat. Tapi lama kelamaan anda akan mendapatkan manfaatnya. Perasaan maupun pikiran anda akan jauh lebih tenang dan damai. Bukankah tujuan utama hidup kita ini adalah meraih kebahagiaan? Entah itu kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Nikmatilah kebahagiaan itu saat ini juga. Syukurilah kehidupan kita bagaimana pun adanya, dan betapa pun beratnya hidup yang kita jalani ini. Dengan begitu hidup kita terus berjalan dengan senyum bahagia.

Apakah anda mengukur kebahagiaan dengan materi atau uang? Waspadalah jangan sampai terjebak oleh kebahagiaan semu itu. Karena kenyataannya banyak orang yang bergelimang harta justru mereka merasa tidak bahagia. Oleh karena itu sadarilah bahwa kebahagiaan itu tidaklah identik dengan uang. Kebahagiaan ada di setiap kalangan: atas, menengah, dan bawah.

Saya pun menyadari bahwa tidak mudah memang saat kita mengalami kesulitan keuangan sering kali kita ditimpa kepiluan yang begitu mendalam, tiba-tiba hidup begitu susah. Tapi, kita harus menyadari bahwa kita adalah hamba Tuhan yang sudah diberi anugerah, bahwa seberat apa pun masalah yang kita hadapi sesuai dengan kadar yang Tuhan berikan pada kita. Kita harus yakin akan hal itu. Tuhan tidak serta memberikan kesulitan melebihi apa yang tidak kita atasi.

Ada seorang sahabat menceritakan kepada saya, bahwa dirinya pernah waktu dulu ingin bunuh diri. Persoalan yang dihadapinya, menurutnya, begitu berat. Ditambah lagi dengan situasi bangsa yang semakin terpuruk saja dalam segala hal, terutama dalam hal ekonomi. Dia merasa yang kaya semakin kaya saja, dan sebaliknya, yang miskin semakin miskin.

Tapi seiring waktu berjalan, ia mulai kembali kepada kesadarannya. Ia menata hati dan pikirannya lagi. Dan ia mendapat pencerahan bahwa hidup itu sungguh-sungguh berharga. Apalagi, katanya, ketika ia melihat seorang bapak yang berjualan roti di bulan puasa waktu sahur. Ia mendengar pedagang roti yang sering ia beli waktu dirinya masih kecil, demi untuk melanjutkan hidup. Pedagang itu berjuang pantang menyerah walaupun keadaan hidup semakin berat dengan berdagang roti di saat orang-orang sedang sahur.

Ia juga mengaku tersadarkan saat melihat tukang sapu di jalanan yang kebanyakan bapak-bapak dan ibu-ibu. Walau wajah mereka terlihat lelah dan terbakar oleh sengatan matahari, mereka tetap menjalaninya dengan tulus tanpa berkeluh kesah. Ya, mereka adalah para pejuang sejati.

Jadi, alangkah malunya jika kita sedih (terlalu lama) dan berputus asa, apalagi sampai mau bunuh diri, karena orang-orang yang taraf hidupnya di bawah kita saja begitu tulus menjalani hidupnya. Mereka bekerja keras dan tak ada waktu untuk bermuram durja serta meratapi kesusahannya. Daripada tenaga kita habis oleh hal-hal negatif yang sesungguhnya lambat laun akan menggerogoti “dunia” kita yang berharga, lebih baik salurkan energi positif kita yang tanpa kita sadari akan membantu kita mendapatkan kebahagiaan. Mari kita membantu orang lain dan yakinlah hidup kita akan baik pula. Sekecil apa pun yang kita lakukan, yakinlah bahwa hal itu akan mempunyai dampak yang besar pada diri kita.

Ada benarnya jika hidup ini diumpamakan seperto roda, karena kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Kadang kita sedih tapi kadang juga senang. Ketika kita berada di bawah dan selalu di rundung sedih dan menderita, yakinlah kalau hidup kita akan berubah kepada yang lebih baik. Tentunya asal kita terus berusaha dengan disertai doa yang tulus. Mudah-mudahan dengan keyakinan itu membuat sikap selalu optimis. Jadikanlah hati anda seluas samudra, jangan hanya sesempit gelas.

sumber: .:pembelajar:.

ILMU SEORANG NELAYAN DAN ILMU SEORANG ILMUWAN April 20, 2009

Posted by ekojuli in motivasi dan outbond.
Tags: ,
5 comments

Suatu ketika seorang yang besar dan berilmu tinggi ingin bepergian ke kota lain di seberang lautan. Maka ia menyewa seorang nelayan dengan perahunya untuk membawanya menyeberang. Udara nyaman, dan angin lautpun pun tenang.

Di tengah perjalanan keduanya mulai terlibat dalam sebuah percakapan menarik. Sang ilmuwan bertanya pada nelayan: “Ya Fulan, dapatkah kamu membaca dan berhitung?”

Sang nelayan menjawab: “Tidak.”

Hmm, sang ilmuwan mengangguk dan berguman: “Sayang sekali. Seperempat hidupmu telah hilang”

Angin yang mulai berhembus agak kencang dan ombak yang semakin tinggi tak mengusik mereka. Keduanya tetap asyik dengan tanya jawabnya.

Lalu bertanyalah ia kembali: “Tahukan kamu tentang ilmu perbintangan ?

Sang nelayan menjawab; “Tidak”

“Hmm, sayang sekali. Seperempat hidupmu telah kau sia-siakan?” guman sang ilmuwan lagi.

Lalu dilanjutkanlah pertanyaannya itu “Tahukah kamu, tentang ilmu dagang?”

Sang nelayan menjawab “Tidak”

“Hmm sayang sekali. Seperempat hidupmu telah terbuang”

Cuaca semakin buruk, angin bertambah kencang dan ombak tinggi menggulung-gulung. Perahu bergolak naik-turun dan terguncang-guncang hebat. Tapi keduanya tetap asyik dengan pecakapan mereka. Dan demikianlah, berbagai ilmu ditanyakan kepada nelayan, dan setiap kali nelayan menjawab “tidak” maka sepersekian hidupnya telah hilang.

Ketika cuaca makin tidak menentu dan perahu makin oleng, maka tak lama lagi perahu ini akan tenggelam. Keduanya segera terdiam. Dalam suasana mencekam itu tiba-tiba sang nelayan kepada orang yang berilmu tadi.

“Tahukah Bapak caranya berenang?”

Sang Ilmuwan menjawab “Tidak.”

“Hmm, sayang sekali. Seluruh hidup Bapak akan segera hilang!”

* * *

Hidup kita adalah bagaikan mengarungi samudera di tengah berbagai hantaman ombak, tiupan angin dan teriknya matahari serta derasnya hujan. Jika kita tidak mempunyai ilmu yang bisa menyelamatkan perjalanan kita menuju Illahi, maka akan lenyaplah seluruh makna hidup kita ini

sumber :   .: sonokeling :.

outbond 1 Januari 22, 2009

Posted by ekojuli in motivasi dan outbond.
Tags: , , , , , ,
add a comment

PESAN BERANTAI

teambuilding

Jumlah Pemain : minimal 8 sampai tidak terbatas.

minimal 2 team @ 4-7 orang

Alat bantu : Pesan yang sudah ditulis di kertas. Jumlah pesan sejumlah team yang ikut. Pesan kira-kira mempunya tingkat kesulitan yang sama, misalnya:

  • ADA ULAR MELINGKAR SAMPE BUNDAR DIATAS PAGAR BANG TOGAR
  • ADA MALING NUNGGING DIBELAKANG POS KAMLING SAMBIL MELIHAT ORANG MANCING
  • ADA SKUTER MUTER-MUTER BANTER DI DAERAH SUNTER SAMPE NABRAK PAGER

Cara bermain:

  1. Membuat (minimal) 2 barisan ke belakang masing-masing. Jarak antar barisan kira-kira 3-4 meter, dan jarak antar pemain sekitar 4-5 meter.
  2. Pemain paling depan masing-masing akan diberi kertas berisi “pesan” , untuk dihafalkan selama 2-3 menit. Setelah dihafal kertas akan diminta kembali oleh trainner. Peserta yang lain menghadap ke belakang, jangan sampai melihat ketika peserta pertama diberi pesan, untuk menghidari membaca gerak bibir. Jarak antar peserta juga harus diperhatikan supaya tidak saling mendengar ketika diberi pesan.
  3. Peserta pertama setelah yakin hafal dengan pesan yang diberikan akan menyampaikan pesan secara lisan kepada peserta kedua, dan seterusnya sampai peserta terakhir.
  4. Setelah selesai semua peserta terakhir dipisahkan dan peserta yang lain dikumpulkan untuk mendengar pesan yang akan disampaikan oleh peserta terakhir.
  5. Cocokkan dengan pesan tertulis yang dipegang panitia. Team yang melakukan kesalahan akan dihukum. Misalnya berjoget atau menyanyi

Modifikasi:

  • Semakin panjang barisan maka tingkat kesalahan akan semakin tinggi.
  • Team dan barisan bisa diperbanyak tergantung jumlah peserta trainning.

REVIEW:

Ini termasuk outbond yang “seru” untuk dilaksanakan. Pesan yang ingin disampaikan adalah:

Dalam perusahaan semua pesan atau memmo atau informasi yang disampaikan hendaknya harus jelas dan (sebaiknya) tertulis. Karena ketika pesan dilanjutkan ke setiap level ada kemungkinan terjadi kesalahan penyampaian atau kesalahan pemahaman.