jump to navigation

[WARREN BUFFET] Nasehat dari salah satu orang terkaya di Dunia… Keren Gan…!!! Januari 9, 2011

Posted by ekojuli in business wisdom, management, motivasi dan outbond, PRIVATE.
Tags: , , , , , , , , , , ,
9 comments

Warren Buffett, seorang pebisnis dan investor yang ketajaman pikirannya amat luar biasa sehingga ia diibaratkan sebagai perpaduan antara fisikawan Einstein, seniman Picasso dan raja kaya raya pencipta koin emas Croesus, dalam satu tubuh.

Berikut ini adalah wawancara yang pernah ia lakukan dengan CNBC. Dalam wawancara tersebut ditemukan beberapa aspek menarik dari hidupnya :

“Anjurkan anak anda untuk berinvestasi”
Ia membeli saham pertamanya pada umur 11 tahun dan sekarang ia menyesal karena tidak memulainya dari masih muda.

“Dorong Anak Anda untuk mulai belajar berbisnis”
Ia membeli sebuah kebun yang kecil pada umur 14 tahun dengan uang tabungan yang didapatinya dari hasil mengirimkan surat kabar.

“Ia masih tinggal di sebuah rumah dengan 3 kamar berukuran kecil di pusat kota Ohama, yang ia beli setelah ia menikah 50 tahun yang lalu”


“Jangan membeli apa yang tidak dibutuhkan, dan dorong Anak Anda untuk berbuat yang sama”

Ia berkata bahwa ia mempunyai segala yang ia butuhkan dalam rumah itu. Meskipun rumah itu tidak ada pagarnya.

“Jadilah apa adanya”
Ia selalu mengemudikan mobilnya seorang diri jika hendak bepergian dan ia tidak mempunyai seorang supir ataupun keamanan pribadi.

“Berhematlah”
Ia tidak pernah bepergian dengan pesawat jet pribadi, walaupun ia memiliki perusahaan pembuat pesawat jet terbesar di dunia. Berkshire Hathaway, perusahaan miliknya, memiliki 63 anak perusahaan.


“Ia hanya menuliskan satu pucuk surat setiap tahunnya kepada para CEO dalam perusahaannya, menyampaikan target yang harus diraih untuk tahun itu”

“Tugaskan pekerjaan kepada orang yang tepat”
Ia tidak pernah mengadakan rapat atau menelpon mereka secara reguler.

“Buat Tujuan yang jelas dan yakinkan mereke untuk fokus ke tujuan”
Ia hanya memberikan 2 peraturan kepada para CEOnya. Peraturan nomor satu adalah : Jangan pernah sekalipun menghabiskan uang para pemilik saham. Peraturan nomor dua : Jangan melupakan peraturan nomor satu.

“Jangan Pamer, Jadilah diri sendiri & nikmati apa yang kamu lakukan”
Ia tidak banyak bersosialisasi dengan masyarakat kalangan kelas atas. Waktu luangnya di rumah ia habiskan dengan menonton televisi sambil makan pop corn.


Bill Gates, orang terkaya di dunia bertemu dengannya untuk pertama kalinya 5 tahun yang lalu. Bill Gates pikir ia tidak memiliki keperluan yang sangat penting dengan Warren Buffet, maka ia mengatur pertemuan itu hanya selama 30 menit.


Tetapi ketika ia bertemu dengannya, pertemuan itu berlangsung selama 10 jam dan Bill Gates tertarik untuk belajar banyak dari Warren Buffet. Warren Buffet tidak pernah membawa handphone dan di meja kerjanya tidak ada komputer.


Berikut ini adalah nasihatnya untuk orang-orang yang masih muda:

Hindarilah kartu kredit dan berinvestasilah untuk diri Anda sendiri dan ingat : “Uang tidak menciptakan orang tetapi oranglah yang menciptakan uang. Hiduplah secara sederhana.”

“Jangan lakukan apa yang orang lain katakan, dengarkanlah mereka, namun lakukan apa yang menurut Anda baik.”

“Jangan memaksakan diri untuk memiliki barang-barang bermerk, pakailah apa yang sekiranya nyaman bagi Anda.”

“Jangan memboroskan uang Anda untuk hal-hal yang tidak diperlukan, gunakanlah uang untuk membantu mereka yang kekurangan.”

“Biar bagaimana pun orang lain tetap tidak dapat mengatur hidup Anda sendiri. Andalah yang mengendalikan hidup Anda sepenuhnya”

BELAJAR DARI HONDA Desember 18, 2010

Posted by ekojuli in business wisdom, management, motivasi dan outbond.
3 comments

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan.
Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah.
Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya.
Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil
maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas,
sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda –
Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar
insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan
Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas,
duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

“Nilaikujelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia
saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini,
yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo,
Tokyo, akibat mengindap lever.

Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang
membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko,
Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya
memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering
bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang
menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri
berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya
ingin menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12
tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model
rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif.
Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak
tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai
Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya.
Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang
mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya.
Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan.
Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu
kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima
reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat
memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya
larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap
kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik
meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu
dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras,
dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani
patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya,
membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang
dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang
dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya
itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring
buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi
teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya
keluar dari bengkel.

Kuliah

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan
kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya.
Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari
jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang
mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke
bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua
tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang
mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan,
melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum
makanan dan pengaruhnya, ” ujar Honda, yang gandrung balap mobil.
Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah.
Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota
memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan
pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang,
tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal
dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah
datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan
karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh
kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik.
Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga
diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu,
Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di
sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat
menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam
keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda.
Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu
diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan,
sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali
mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda
berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri
otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya.
“Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka
tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan
petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi,
mimpikanlah mimpi baru.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang
dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun
berasal dari keluarga miskin.
= = = = = = = = = = =

5 Resep keberhasilan Honda :
1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu
memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda
senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.
Kembali Ke Atas Go down

[TENTANG PINDAH QUADRAN] GUNAKAN OTAK KANAN KETIKA MEMULAI BISNIS Juni 16, 2010

Posted by ekojuli in business wisdom, management, motivasi dan outbond.
9 comments

Kerja Keras Pendapatan Kecil

Pindah kuadran suatu keharusan. Tentu dan pasti. Anda yang berada dalam posisi sebagai karyawan (employee = E) harus bisa pindah ke kuadran kanan (yaitu kuadran Bussiness Owner). Karena sebesar apapun gaji yang anda nikmati posisi anda bukan dalam zona terbaik.

Apapun profesi dan posisi Anda saat ini, masih ingatkah saat Anda menerima gaji atau komisi atau pendapatan untuk pertama kalinya ? Pada saat itu, apakah yang Anda rasakan ? Sebagian dari kita merasa sangat senang, bangga, bahagia atau mungkin juga merasa tidak puas. Berapapun jumlah yang didapat, nominal kecil ataupun nominal besar, rasanya sangat senang sekali bisa menghasilkan uang untuk pertama kalinya. Rasa senang pada saat mendapatkan uang untuk pertama kalinya, menjadi pemicu bagi semua orang untuk mendapatkan lebih banyak lagi.

Tidak penting berapa kali Anda gagal,
yang penting berapa kali Anda bangkit.
[Abraham Lincoln]

Pindah kuadran adalah sebuah istilah
yang menjadi sangat populer lantaran
buku best seller bertajuk Rich Dad, Poor Dad
karangan Robert T. Kiyosaki.

Bagi sebagian orang, mungkin harus bekerja dengan menghabiskan 8 jam sehari atau ada juga yang menghabiskan lebih dari 12 jam sehari untuk bekerja. Sampai terkadang ‘lupa’ makan dan kurang tidur. Saat awal kita masuk dunia kerja untuk menghasilkan uang, di dalam otak kita mungkin dipenuhi dengan berbagai macam idealisme yang indah tentang bagaimana menghasilkan uang dengan lebih cepat. Saat itu, kita mungkin sangat bersemangat dalam menjalankan ide-ide itu. Namun kenyataannya, menghasilkan uang tidak pernah semudah yang kita bayangkan seperti saat baru saja lulus kuliah. Apa yang kita dapat dibangku kuliah, rasanya tidak relevan dengan kehidupan sebagai profesional.
Dalam perjalanan hidup kita, hal yang paling sulit adalah melakukan atau mendapatkan sesuatu untuk pertama kalinya, terutama dalam hal pekerjaan dan mendapatkan uang. Pada awalnya, sangat sulit sekali bagi kita untuk memperoleh pendapatan 1 juta yang pertama, bila kita sudah mendapatkannya, hal kedua yang paling sulit adalah mendapatkan 10 juta yang pertama, kemudian 100 juta pertama dan seterusnya.
Namun bila Anda telah mendapatkan suatu nominal tertentu, misal 50 juta dalam waktu 1 bulan; akan menjadi jauh lebih mudah untuk mendapatkan 1 juta dalam waktu 1 bulan, tergantung tunggangan apa yang kita gunakan.

Kuadran itu Apaan ?
Seperti yang disampaikan oleh Robert T Kiyosaki yang mengelompokkan jenis pekerjaan menjadi 4 kuadran.
E = Employee – Bekerja untuk perusahaan.
Di kuadran ini, kita bisa mendapatkan jaminan pendapatan tetap dalam bentuk gaji. Konsekuensinya, waktu kita untuk perusahaan dan harus patuh pada atasan. Bila kita terlambat masuk kantor atau meliburkan diri sendiri, tentu akan mendapatkan sanksi dari perusahaan. Mungkin awalnya mendapat teguran sampai akhirnya dipecat. Dan tidak mungkin bila atasan memerintahkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan kita akan berkata “Bos, saya pengen tidur siang dulu, besok saja ya saya selesaikan laporannya !!”

SE = Profesional/Self Employee / Toko – Bekerja untuk diri sendiri.

Jenis pekerjaan tidak memberikan pendapatan tetap seperti halnya Karyawan, namun memberikan potensi pendapatan yang luar biasa besar ataupun pendapatan yang biasa-biasa saja bahkan mungkin bisa lebih rendah dibandingkan karyawan suatu perusahaan. Karena semuanya tergantung pada diri sendiri, maka bisa disebut dengan pekerjaan yang memperkerjakan diri sendiri dan menggaji diri sendiri. Jenis pekerjaan ini, memberikan fleksibilitas waktu tapi kita tidak bisa berkata “ah, aku pengen liburan dulu 1 tahun, baru nanti kerja lagi !!”

B = Business Owner – Sistem bekerja untuk pemilik.

I = Investor – Uang bekerja untuk kita (pemodal)

Pengalaman pribadi ketika alih profesi (pindah kuadran) menjadi pengusaha setelah puluhan tahun jadi karyawan, antara lain selalu “merasa sendirian” dan “konflik batin” dalam menjalani bahtera rumah tangga.

Pindah kuadran adalah sebuah istilah yang menjadi sangat populer lantaran buku best seller bertajuk Rich Dad, Poor Dad karangan Robert T. Kiyosaki. Isitilah ini merujuk pada perpindahan dari kuadran seorang pekerja (employee) bergerak menuju kuadran business owner atau entrepreneuer. Dari seseorang yang tiap bulan menerima gaji secara konstan, bergerak menjadi manusia mandiri yang create their own wealth.

Pilihan menjadi entrepreneur kini tampaknya memang tengah digandrungi banyak orang; dan ini tentu saja merupakan sebuah hal yang layak disukuri

Lima persen penduduk dunia menguasai lebih dari delapan puluh persen uang yang beredar saat ini. Di tingkat lokal, lima persen penduduk Indonesia menguasai sembilan puluh lima persen peredaran uang. Ini berarti sembilan puluh lima persen dari lebih dari dua ratus juta penduduk hanya memegang dan memperebutkan lima persen uang sisanya.

Sekedar membahasakan ulang teori Kiyosaki, sejak kecil kita diajari untuk menjadi pintar, bersekolah tinggi, mencari kerja dengan penghasilan besar atau jaminan uang pensiun. Sejak lama kita dididik untuk pandai dan menjadi employee (pekerja) bagi orang lain. Hanya sedikit orang yang memahami pengelolaan finansial untuk membuat uang bekerja untuk mereka, bukannya mereka yang bekerja demi uang. Juga yang membuat orang pintar bekerja untuk mereka, bukan mereka yang dipekerjakan.

Teori ini juga memberi gambaran dari Kiyosaki bahwa orang cenderung menganggap liabilitas sebagai aset. Orang kaya (dalam definisi ini, orang kaya adalah pemilik perusahaan besar atau investor profesional) mampu membedakan mana liabilitas, mana aset. Mereka mengembangkan aset agar bekerja untuk mereka dan terus menghasilkan uang. Sementara golongan menengah ke bawah menghabiskan sebagian uang mereka untuk memelihara liabilitas.

Pemilik aset inilah yang berada di kuadran kanan (bussiness owner dan investor) yang berjumlah kecil dan menguasai sebagian besar peredaran uang. Sementara kuadran kiri (employee dan self employee, segala macam pekerjaan diluar kuadran kanan) menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja pada orang lain dengan gaji yang kecil.

Kuliah atau Sekolah Kuadran Mana ?
Sejak dulu, sebagian besar dari kita mengikuti alur manusia pada umumnya. Setelah lulus sekolah atau kuliah, lantas menawarkan ijasah dan keterampilan kepada perusahaan milik orang lain. Alangkah enaknya jika kitalah pemilik perusahaan dimana orang lain menawarkan ijasahnya kepada kita. Sayangnya, mengutip kalimat A. Khoerussalim (sarjana Filsafat UGM yang kini menjadi super trainer bisnis, owner Country Donut), orang lebih suka berada pada jalur aman jika sudah menyangkut permasalahan uang. Tidak berani mengambil dan menghadapi resiko untuk mencoba sesuatu. Mereka lebih suka berpenghasilan tetap daripada tetap berpenghasilan. Siapa yang menjamin kita akan terus bekerja untuk perusahaan X? Siapa yang tidak khawatir dengan persiapan hari tua?
Kalau kita punya tabungan atau deposito sekian juta di bank, akan sangat membantu jika digunakan sejak sekarang untuk mulai membangun aset kita, untuk segera berpindah dari kuadran kiri ke kuadran kanan. Keuntungan bisnis dari investasi maupun membangun aset berkali lipat dibanding bunga bank yang hanya beberapa persen. Salah satu jalan kebangkitan ekonomi Indonesia adalah melalui munculnya entrepreneur pribumi yang berani bersaing dengan produk impor.

Yuk Pindah Kuadran

Last but not least, jangan pernah menyesal dan malah bangga menjadi pengusaha dan kita harus berhasil mengajak istri dan anak-anak dan keluarga serta teman-teman menjiwai spirit entrepreneur.

Berikut ini contoh rasa tidak enaknya menjadi pengusaha (rasa yang terjadi pada tahap awal), khususnya selepas dari profesi karyawan, antara lain :

1. Penampilan diri yang tidak OK lagi, karena harus menyesuaikan dengan situasi ruang lingkup bisnis, yakni pekerjaan bongkar muat produk, pengiriman order ke toko atau pelanggan rumah, bersih-bersih kantor dan gudang… persis buruh pasar yang selalu kepanasan dan keringatan.
2. Pakaian rapi berdasi, sepatu mengkilap dan tubuh wangi parfum tidak ada lagi, yang ada hanya pakaian casual / polo shirt, celana jeans, sepatu kets dan penuh aroma keringat.
3. Pressure jiwa karena ingin segera sukses sebagai pengusaha membawa dampak stress dan depresi mental, tidak heran bila berat badan langsung turun 5 kg.
4. Hampir setiap hari merasa pusing dan mual, kerja pontang panting nyaris tidak ada hasilnya.
5. Ya Tuhan it’s a real wild jungle zone… I was almost hopeless…
6. Godaan untuk kembali menjadi karyawan dengan comfort zone-nya selalu menari di depan mata, apalagi Presdir di perusahaan terakhir selalu menawari kursi empuk Direktur.

Negeri tercinta ini masih sangat membutuhkan barisan manusia mandiri yang berani mengambil resiko menjadi wirausahawan/wati. Sebuah keberanian untuk meretas jalan panjang demi meraih apa yang acap disebut sebagai financial freedom.

Pertanyaannya adalah : jika kita sudah terlanjur menjadi pekerja kantoran (employee) dan mungkin kini tengah menikmati sebuah comfort zone, apa yang mesti harus dilakukan untuk pindah kuadran? Dan kapan sebaiknya pindah kuadran? Tak ada jawaban baku disini, sebab seperti kata pepatah “ada banyak jalan menuju Roma”. Demikian pula, mungkin ada seribu jalan untuk melakoni proses perpindahan kuadran. Namun disini, saya hendak mendedahkan sejumlah catatan yang mungkin layak digenggam.

Catatan yang pertama adalah ini: kalaulah kelak Anda ingin menyodorkan resignation letter (jangan tulis surat pengunduran diri tapi surat pemajuan diri) dan bertekad bulat full time menjalani wirausaha, pastikan bahwa probalilitas keberhasilan bisnis/usaha yang akan Anda tekuni itu setidaknya berada pada kisaran angka 70 %. Pertanyaan berikutnya : dari mana angka 70 % diperoleh? Ya tentu saja berdasar analisa atas potensi pasar. Ini bisa dilakukan dengan cara observasi, survei secara sederhana, ataupun berdasar kisah kegagalan/keberhasilan serta pengalaman dari para pelaku bisnis di bidang yang akan Anda tekuni. Angka itu juga mesti memperhatikan kapabilitas internal Anda dalam menjalani usaha yang akan ditekuni. Namun pada akhirnya, semua juga terpulang pada your personal judgement. Kalau Anda bermental penakut, meskipun secara rasional hasil analisa menunjukkan bahwa 70 % usaha ini akan berhasil, namun mungkin hati kecil Anda akan selalu bilang “rasanya peluang bisnis ini untuk berhasil kok cuman 20 % saja….”. Wah, kalo begini mindset sampeyan, ya ndak jalan-jalan. Kalu begini, berarti mindset Anda yang perlu direparasi (silakan baca tulisan tentang mindset untuk merefresh mindset Anda).

Catatan yang kedua adalah ini : kalaulah Anda belum berani full time pindah kuadran, maka tentu saja Anda bisa menjalani apa yang di sebut sebagai “double kuadran”. Bekerja di kantor tetap dilakoni, namun perlahan-lahan mulai merintis bisnis secara mandiri. Kelak kalau roda bisnis itu ternyata bisa memberikan income yang memadai, baru kemudian mengajukan pengunduran diri (tapi surat nya berbaunyi pemajuan diri karena kita maju dari pekerja jadi pengusaha) dari kantor. Model semacam ini menjanjikan rute yang lebih aman, dan sudah banyak kisah keberhasilan yang tersaji melalui rute double kuadran ini. Melalui smart management atau juga melalui pengaturan waktu yang tepat, pilihan model ini rasanya sangat layak untuk dicoba.

Pertanyaan terakhir : lalu apa dong kira-kira bisnis yang harus di lakukan? Nah ini pertanyaan yang mudah dijawab. Silakan saja datang ke toko bukunya Gramedia atau toko buku terdekat di kota Anda. Disitu Anda akan segera melihat puluhan atau mungkin ratusan buku tentang beragam peluang bisnis : mulai dari kiat bisnis waralaba, peluang bisnis baju koko, bisnis rumah makan mak nyus, bisnis jualan obat, bisnis secara online, bisnis jualan air isi ulang, bisnis properti…….semua ada, tinggal dipilih-pilih mana yang paling cocok menurut Anda.

Cara kita bereaksi terhadap perbedaan perbedaan itulah yang menyebabkan kita tetap berada di suatu kuadaran atau di kuadaran lainnya. Ketika kita menyeberang dari kuadaran “E” ke kuadran “B”, secara intelektual dia bisa memahami prosesnya, tapi ia tak bisa menanganinya secara emosional. Ketika muncul masalah, dan dia mengalami kerugian, dia tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelesaikan masalah itu…, jadi, dia kembali ke kuadran di mana ia paling merasa nyaman. Ketika rasa takut kehilangan uang dan gagal menjadi terlalu menyakitkan, perasaaan yang sama sama kami miliki, dia memilih mencari rasa aman, dan aku memilih mencari kebebasan. Meski kita semua manusia, jika menyangkut uang dan emosi yang berkaitan dengan uang, kita semua memberikan reaksi yang berlainan. Dan cara kita bereaksi kepada berbagai emosi itulah yang sering menentukan kuadran mana yang kita pilih sebagai tempat memperoleh penghasilan. Dan jika ingin berhasil dalam kuadran mana pun, kita harus punya lebih banyak daripada sekedar ketrampilan. Dan juga harus tahu perbedaan inti yang membuat orang mencari kuadaran yang berbeda. Pahamilah itu, dan hidup akan jadi jauh lebih mudah. Semua orang dapat pindah kuadaran, tapi berganti kuadran tdak seperti berganti pekerjaan atau berganti profesi. Berganti kuadaran sering berarti mengubah inti siapa dirimu, caramu berpikir, dan caramu memandang dunia. Perubahan itu lebih mudah bagi orang tertentu daripada bagi yang lain hanya karena sebagian orang menyukai perubahan sedangkan yang lain menentangnya. Dan berganti kuadran seringkali merupakan pengalaman yang mengubah hidup. Ini adalah perubahan yang sangat besar seperti kisah abadi tentang ulat yang berubah menjadi kupu kupu. Bukan dirimu saja yang akan berubah, tapi juga teman temanmu. Ketika kau masih berteman dengan teman-teman lamamu, ulat mengalami kesulitan melakukan hal hal yang dilakukan kupu kupu. Jadi perubahan ini adalah perubahan besar, dan tidak banyak orang yang memilih untuk melakukannya.

Apa Perbedaannya :
Nilai inti adalah nilai nilai yang berasal dari jiwa jiwa mereka :
Kata – Kata Kuadran “E”
Seseorang yang berasal dari kuadran “E” atau pegawai, kemungkinan akan berkata : “Saya mencari pekerjaan yang aman dan menjamin, dengan bayaran tinggi dan tunjangan bagus”
Kata – Kata Kuadran “S”
Seseorang yang berasal dari kuadran “S” atau pekerja lepas, kemungkinan akan berkata : “Tarif saya $35 per jam ” atau “Tarif komisi normal saya 6 persen dari nilai total” atau “Saya sepertinya tidak bisa menemukan orang yang mau bekerja dan melakukan tugas ini dengan besar” atau “Saya menggunakan 20 jam tenaga saya dalam proyek ini”
Kata – Kata Kuadran “B”
Seseorang yang beroperasi dari kuadaran “B” atau pemilik bisnis kemungkinan akan berkata :” “Saya mencari seorang presiden baru untuk menjalankan perusahaan saya”
Kata – Kata Kuadran “I”
Seseorang yang beroperasi dari kuadran “I” , atau investor, kemungkinan akan berkata : “Apakah cash flow saya berdasarkan tingkat laba internal atau tingkat laba neto ? ”
Kata kata alah alat yang ampuh. Mendengarkan dengan cermat kata kata yang digunakan seseorang, dan kemudian akan tahu kata kata mana yang harus digunakan, dan kapan menggunakannya supaya bisa memberikan tanggapan yang paling effektif. Satu kata bisa membangkitkan semangat satu jenis orang sementara kata yang sama bisa sepenuhnya mematikan semangat orang yang lain. Untuk menjadi pemimpin yang baik, pertama harus menjadi pendengar yang baik. Jika tidak mendengarkan kata-kata yang digunakan seseorang. Anda takkan bisa merasakan jiwa mereka. Jika tidak mendengarkan jiwa mereka, anda takkan pernah tahu dengan siap anda berbicara.

Maka itu setelah selesai membaca kupasan tentang kuadran anda punya keharusan untuk segera pindah kuadran. Ayo kapan lagi, ingat jangan pakai otak kiri untuk pindah kuadran karena analisanya akan panjang dan melelahkan.
Untuk pindah kuadran kanan pakai yang kanan. Benar kan ?
Keterangan :
Aset, definisi mudahnya sesuatu yang terus bekerja dan menghasilkan uang tanpa keterlibatan/meski ditinggalkan oleh pemilik. Misalnya perusahaan bagi owner dan investasi bagi investor.
Liabilitas, suatu benda yang mampu bekerja/menghasilkan uang tetapi membutuhkan pemeliharaan yang bisa menimbulkan pengeluaran baru atau mengurangi harga benda tersebut. Misalnya mobil dan rumah.

[CARA MUDAH] MENGETAHUI PERSEPSI ORANG ATAS DIRI ANDA Agustus 11, 2009

Posted by ekojuli in business wisdom, management, motivasi dan outbond.
Tags: , , , , , ,
5 comments

PERSEPSI TIDAK SELALU BENAR; TETAPI PERSEPSI ADALAH REALITA

Seringkali kita terlalu “khawatir” dengan persepsi orang tentang diri kita. kata, “jangan-jangan” selalu menghantui pikiran kita…. Padahal “janga-jangan” ini sangat diragukan kebenarannya….

Cara paling mudah untuk mengetahui persesi orang tentang diri kita adalah dengan cara menanyakannya… tentu saja tidak secdara lisan begitu saja… Karena hasilnya tidak akan obyektif. Ada sedikit cara yang lebih baik… semacam survey begitulahh…

Siapa yang di survey? Ya semua rekan kerja kita. bawahan, atasan, rekan selevel… semua

Apa yang harus dipersiapkan???

  1. Persiapkan mental dulu…. kadang hasilnya tidak seperti yang anda bayangkan.
  2. Persiapkan Form Persepsi seperti dibawah ini:
FORM PERSEPSI

FORM PERSEPSI

Form Persepsi bisa diisi sesuai level anda… Disesuaikan juga dengan materi yang ingin anda ketahui tentang persepsi orang tentang diri anda.

Dalam lingkup pekerjaan tentu saja isinya tentang kinerja. Juga tentang komunikasi, atau apapun yang ingin anda ketahui. Jika anda seorang atasan tentu saja form berisi tentang kebijakan yang telah diambil. Jika anda berada di midle level management, anda bisa mengetahu persepsi bawahan anda dan persepsi atasan anda.

3. Form Kemudian dibagikan ke seluruh rekan kerja.

Form terdapat isian nama, tetapi tidak diwajibkan mengisi nama. Jika mengisi nama dan terdapat penilaian yang jelek sekalipun, diberitahukan kepada responden bahwa penilaian tidak akan memperngaruhi karir atau apapun…

4. Yaw dah selesai…. setelah merka mengisi…selesai nggak selesai kumpulkan…!!! Wkwkwkwk… kaya ulangan gitu….

TRZ APA GUNANYA TEST INI:

  1. Sebagai sarana instropeksi diri… mengetahui kekurangan diri. Meskipun persepsi itu belum tentu benar.
  2. Mengetahui kekuatan dan kelemahan kita dimata rekan kerja kita
  3. Bisa membetulkan persepsi yang keliru tentang diri kita… jika ternyata mereka bilang, kita lemah di pengambilan keputusan, lemah di keadilan, lemah di action, lemah di management, di insipirasi atau apapun…
  4. Bisa menggunakan kekuatan  kita (menurut persepsi mereka) untuk membangun team building (bila kita seoarang pimpinan). Misalnya merapa menganggap kita kuat di komunikasi, kuat di focus, energik, pemberi ide atau apapun…

Terakhir…

SELAMAT MENCOBA…

[MANAGEMENT MASALAH] Berhentilah Menjadi Gelas April 28, 2009

Posted by ekojuli in management, motivasi dan outbond.
Tags:
9 comments

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya. “Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.” (From : Suluk – logsome)

* * *

Saat anda menghadapi persoalan yang rumit, sangatlah mudah menimpakan semua kesalahan kepada Tuhan. Anda akan berkata, Mengapa dari sekian milyar orang yang Kau ciptakan, kenapa harus aku yang menanggung beban permasalahan ini ya Tuhan? Ya, sangat mudah kita berputus asa, dan berpikir seperti itu. Oleh karena itu, ketika pikiran negatif kita berkuasa, kita akan berpikir untuk menimpakan semua masalah itu ke Tuhan dan lalu menyesal kenapa semua itu harus terjadi pada kita.

Tapi, percayalah, selalu ada pikiran positif yang akan memberikan alternatif yang lebih menenangkan jiwa kita, lalu membuat kita bersyukur di balik semua masalah yang menimpa kita. Bersyukur bahwa semua masalah itu dapat kita hadapi dan membuat kita lebih dewasa. Singkatnya, kita akan belajar tentang hidup ketika kita menghadapi masalah.

Sadarlah selalu, bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, hanya kadar dan macamnya saja yang berbeda-beda. Seseorang, misalnya, sedang mempunyai masalah dengan keluarganya, sementara yang lain mengalami kesulitan keuangan. Namun intinya sama, yaitu bebas dari masalah. Disadari atau tidak sesungguhnya Tuhan menciptakan persoalan sesuai dengan kemampuan manusianya. Jadi, pada dasarnya tergantung pada manusianya, apakah mampu mengatasinya atau tidak. Bahkan tidak hanya mengatasi, apakah mengubahnya menjadi lebih baik atau tidak.

Menyikapi masalah atau persoalan, setiap manusia mempunyai dua cara meresponnya, ada yang dengan senang hati menerimanya dan ada pula yang putus asa.

Respon yang paling bijak adalah terima masalah tersebut dengan lapang dada, tidak menyesali apa yang telah terjadi dan selalu memupuk spirit. Sungguh, hidup adalah anugerah, sehingga cobalah untuk menerima dengan lapang dada dan senang hati meski hidup terkadang pelik dan sulit. Hidup juga perjuangan, hadapilah semampunya, cari solusinya jika mendapati masalah atau persoalan. Dan jika tidak bisa, mintalah bantuan kepada yang mau dan mampu memecahkan permasalahan kita.

Benar sekali bahwa seseorang belum dikatakan teruji kalau belum tersandung masalah. Kebahagiaan maupun kesuksesan sejati sesungguhnya berawal dari timbulnya masalah, namun dapat diatasi dengan baik. Kita sering mendengar bahwa “dibalik kesulitan, ada kemudahan“.

Cinta, benci, sedih, dan bahagia, itu semua diawali dari pemikiran kita sendiri dan rangsangan dari pihak luar tubuh kita. Semua itu masuk ke dalam otak kita yang mempunyai kadar pertimbangan sendiri untuk memikirkan bahwa input tersebut menyenangkan atau tidak.

Tidak ada orang yang bahagia selamanya. Begitu pun sebaliknya, tidak ada orang yang sedih selamanya. Namun, ada orang yang sebagian besar hidupnya dia merasakan kebahagiaan, walau minim harta, apalagi tahta. Ada juga yang merasakan kesedihan yang tak berujung, walau dia bergelimang harta dan tahta. Bahagia dan sedih sesungguhnya hanya dipikiran kita saja. Kita sendirilah yang membuatnya, mau dibuat sedih atau bahagia. Ya, terkadang situasi sekitarlah yang sedikit banyak mempengaruhi suasana hati kita. Ada orang yang saat perasaan sedih datang, ia melampiaskannya dengan mendekatkan diri pada agama, atau mendengar musik, bahkan menonton dan membaca kisah-kisah lucu. Tapi, ada juga melampiaskannya pada hal-hal negatif, tak patut saya sebutkan di sini. Anda dapat melakukan macam lainnya, misalnya dengan menyenangkan hati orang-orang terdekat, yang pada intinya melakukan hal-hal positif. Marilah kita sejak dini—saat ini—mengenali jati diri kita, agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik lagi dari sekarang.

Suatu kali, Mario Teguh, sang Motivator dan konsultan, mendapatkan seseorang “curhat” mengenai pengalaman buruk yang dialaminya. Orang itu bercerita bahwa dirinya merasa dikhianati oleh seseorang yang telah menipunya habis-habisan. Singkatnya, dalam hubungan itu, ia ditinggalkan dan dicampakkan begitu saja. Hatinya perih dan pedih bila mengingat peristiwa itu. Kebahagiaannya hingga saat itu hilang ditelan bumi. Orang itu lalu bertanya pada Mario bagaimana cara menghilangkan perasaan tersebut.

Sang motivator plus konsultas tersebut kemudian memberiman solusinya, bahwa janganlah mengeluhkan perubahan yang terjadi di sekitar kita, dan menyalahkan atas ketidakbahagiaan kita. Mario berujar, “Ingatlah bahwa sumber utama dari ketidak-bahagiaan adalah penolakkan terhadap yang telah terjadi. Apakah yang bisa Anda lakukan untuk yang telah disebut ‘tadi’?Kehidupan Anda berada dalam rentang waktu yang disebut ‘sekarang’ dan sedang terjadi sekarang – sehingga satu-satunya waktu yang bisa Anda gunakan untuk menyebabkan perubahan yang membahagiakan adalah sekarang.”

Ya, saya sepakat dengan Mario bahwa kita memang tidak akan mampu mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kita tetap berkuasa penuh atas apa yang dapat kita lakukan untuk menjadikan apa pun yang terjadi sebagai alasan bagi upaya-upaya terbaik kita. jadi, saat inilah untuk mengubah energi negatif menjadi energi positif.

Mario juga mengatakan bahwa bila kita mensyaratkan kebahagiaan atas suatu keadaan, maka kita pasti tidak akan berbahagia dalam keadaan yang lain. Karena perubahan adalah nama dari perjalanan hidup kita. Oleh karena itu jadikanlah diri kita mampu merasakan kebahagiaan dalam keadaan apapun.

Rasa senang, bahagia, kesal, kecewa adalah salah satu rasa yang ada dalam hati kita. Kita tentu lebih suka jika rasa itu adalah senang dan bahagia bukan? Tetapi apakah kita tetap bisa bahagia dan senang meskipun kita mengalami kejadian yang buruk? Harus kita sadari bahwa kita tak akan pernah bisa mengubah kejadian itu sesuai dengan keinginan kita. Satu yang pasti, kita bisa menentukan rasa yang muncul. Itulah yang dinamakan menata hati. Sangat sulit memang mempraktikannya, walau mudah juga sebetulnya.

Sedari kecil kita telah terbiasa merespon hal-hal yang ada sesuai dengan persepsi kita. Kita selalu berpikir bahwa ketika ada sesuatu yang di luar harapan maka respon yang paling tepat adalah kecewa atau marah. Dan ketika bisa mendapatkan apa yang kita inginkan maka kita akan senang dan bahagia.
Sesungguhnya kebahagiaan dan ketenangan sejati itu tidak tergantung pada apa yang terjadi di luar kita. Kedua hal itu sangat bergantung dengan keadaan di dalam diri kita, pun tidak bergantung pada apa yang kita miliki, siapa kita, pendidikan kita, jabatan kita, dan lain-lain. Kebahagiaan datang dengan menutup mata. Kebahagiaan menghampiri pada siapa saja. Hanya saja kebahagiaan terkadang datangnya tidak gratis. Kita harus melewati ujian-ujian terlebih dahulu, atau juga kadang harus kita kejar baru bisa kita dapatkan.

Oleh karena itu, ada dua yang pasti kita dapatkan dalam meraih hidup ini di mana keduanya harus kita terima dengan ikhlas, jangan hanya salah satunya saja. Dua hal itu adalah bahagia dan sedih/kecewa. Bersiap-siaplah menerima kebahagiaan itu, tapi bersiap-siap pula menerima kesedihan. Marilah kita terima kedua rasa itu sebagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Bukankah di dunia ini banyak sekali yang berpasangan, kebahagiaan dan kekecewaan adalah salah satunya. Di mana ada bahagia pasti ada kecewa. Begitu juga sebaliknya di mana ada kekecewaan pasti ada kebahagiaan.

Kebahagiaan sesungguhnya tak perlu ditunggu. Rasakanlah saat ini juga. Kebahagiaan dapat kita ciptakan saat ini juga. Awalnya memang sulit dan terkesan dibuat-buat. Tapi lama kelamaan anda akan mendapatkan manfaatnya. Perasaan maupun pikiran anda akan jauh lebih tenang dan damai. Bukankah tujuan utama hidup kita ini adalah meraih kebahagiaan? Entah itu kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Nikmatilah kebahagiaan itu saat ini juga. Syukurilah kehidupan kita bagaimana pun adanya, dan betapa pun beratnya hidup yang kita jalani ini. Dengan begitu hidup kita terus berjalan dengan senyum bahagia.

Apakah anda mengukur kebahagiaan dengan materi atau uang? Waspadalah jangan sampai terjebak oleh kebahagiaan semu itu. Karena kenyataannya banyak orang yang bergelimang harta justru mereka merasa tidak bahagia. Oleh karena itu sadarilah bahwa kebahagiaan itu tidaklah identik dengan uang. Kebahagiaan ada di setiap kalangan: atas, menengah, dan bawah.

Saya pun menyadari bahwa tidak mudah memang saat kita mengalami kesulitan keuangan sering kali kita ditimpa kepiluan yang begitu mendalam, tiba-tiba hidup begitu susah. Tapi, kita harus menyadari bahwa kita adalah hamba Tuhan yang sudah diberi anugerah, bahwa seberat apa pun masalah yang kita hadapi sesuai dengan kadar yang Tuhan berikan pada kita. Kita harus yakin akan hal itu. Tuhan tidak serta memberikan kesulitan melebihi apa yang tidak kita atasi.

Ada seorang sahabat menceritakan kepada saya, bahwa dirinya pernah waktu dulu ingin bunuh diri. Persoalan yang dihadapinya, menurutnya, begitu berat. Ditambah lagi dengan situasi bangsa yang semakin terpuruk saja dalam segala hal, terutama dalam hal ekonomi. Dia merasa yang kaya semakin kaya saja, dan sebaliknya, yang miskin semakin miskin.

Tapi seiring waktu berjalan, ia mulai kembali kepada kesadarannya. Ia menata hati dan pikirannya lagi. Dan ia mendapat pencerahan bahwa hidup itu sungguh-sungguh berharga. Apalagi, katanya, ketika ia melihat seorang bapak yang berjualan roti di bulan puasa waktu sahur. Ia mendengar pedagang roti yang sering ia beli waktu dirinya masih kecil, demi untuk melanjutkan hidup. Pedagang itu berjuang pantang menyerah walaupun keadaan hidup semakin berat dengan berdagang roti di saat orang-orang sedang sahur.

Ia juga mengaku tersadarkan saat melihat tukang sapu di jalanan yang kebanyakan bapak-bapak dan ibu-ibu. Walau wajah mereka terlihat lelah dan terbakar oleh sengatan matahari, mereka tetap menjalaninya dengan tulus tanpa berkeluh kesah. Ya, mereka adalah para pejuang sejati.

Jadi, alangkah malunya jika kita sedih (terlalu lama) dan berputus asa, apalagi sampai mau bunuh diri, karena orang-orang yang taraf hidupnya di bawah kita saja begitu tulus menjalani hidupnya. Mereka bekerja keras dan tak ada waktu untuk bermuram durja serta meratapi kesusahannya. Daripada tenaga kita habis oleh hal-hal negatif yang sesungguhnya lambat laun akan menggerogoti “dunia” kita yang berharga, lebih baik salurkan energi positif kita yang tanpa kita sadari akan membantu kita mendapatkan kebahagiaan. Mari kita membantu orang lain dan yakinlah hidup kita akan baik pula. Sekecil apa pun yang kita lakukan, yakinlah bahwa hal itu akan mempunyai dampak yang besar pada diri kita.

Ada benarnya jika hidup ini diumpamakan seperto roda, karena kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Kadang kita sedih tapi kadang juga senang. Ketika kita berada di bawah dan selalu di rundung sedih dan menderita, yakinlah kalau hidup kita akan berubah kepada yang lebih baik. Tentunya asal kita terus berusaha dengan disertai doa yang tulus. Mudah-mudahan dengan keyakinan itu membuat sikap selalu optimis. Jadikanlah hati anda seluas samudra, jangan hanya sesempit gelas.

sumber: .:pembelajar:.

salesmanship anak 5 tahun Maret 17, 2009

Posted by ekojuli in management.
Tags: , , , , , ,
3 comments

menjual = kegiatan pembicaraan sehari-hari

rifqi (5 tahun), anak saya, minta diajak untuk ke rumah om-nya. dia memang akrab dan deket sama om rafif-nya. hampir beberapa hari minggu terakhir rifqi minta diajak ke rumah om-nya.
dan minggu pagi itu dia merengek minta diajak ke sana lagi. saya juga tahu dia kesana untuk main play station (ps). saya memang tidak berniat membelikan dia PS dengan alasan, menurut saya mainan itu membuat ketagihan, cenderung antisosial, gangguan mata,dan seabreg alasan lain. dan saya sudah memberikan pengertian mengapa saya tidak membelikannya PS.
karena merasa nggak enak setiap minggu harus “ngrepotin” om-nya karena kedatangan rifqi terus, hari itu saya tidak berniat mengantar rifqi kesana.
nahhh mulai dari sini sebenarnya saya mau cerita. Dengan sekuat tenaga rifqi “mempertahankan diri” supaya tetap bisa main kesana.
mulai dari mengatakan alasannya karena ini hari minggu, bete di rumah, kangen sama om nya, sampai yang lebih ekstrim… merengek, menangis, meronta-ronta, selanjutnya bargaining waktu, cuma sampai sore saja… dan seterusnya…
akhirnya closing juga dia. saya menyerah, kita sepakat, nanti sore saya antar dia ke sampai ke tempat omnya habis maghrib saya akan jemput dia.
kalau saja semua sales, se-struggle rifqi kemungkinan besar mereka akan closing lebih banyak.

Bangsa Ini Ada Baiknya Belajar dari Purworejo Maret 16, 2009

Posted by ekojuli in management, PRIVATE.
1 comment so far

purworejo

purworejo

Dlisen Kulon adalah salah satu dari 49 desa di kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Meski saya bukan warga desa tersebut, paling tidak sudah lima kali saya mampir ke desa yang lumayan unik itu. Saya cari di wikipedia, belum ada data tentang desa ini, baik itu jumlah penduduk, luas wilayah, dan informasi lainnya. Hanya saja, berdasarakan obrolan saya dengan salah satu warga desa ini, penduduk desa ini tidak lebih dari 300 orang atau hanya sekitar 70 KK. Tetapi di balik desa mungil ini banyak hal yang menarik untuk kita simak.

Dari pengamatan langsung saya ditambah informasi yang saya gali dari salah satu warganya, desa ini tergolong desa yang cukup aman, makmur, dan sejahtera. Wilayahnya sebagian besar sawah yang sangat produktif. Dalam satuh tahun sawah di sana bisa panen 3 kali. Dua kali panen padi, satu kali panen kedele. Air yang berlimpah, membuat warga desa ini tidak pernah ada waktu untuk bermalas-malasan. Penduduknya sebagian besar bertani.

Ada satu hal yang mungkin saja tidak ditemuai di desa lain. Sawah di desa ini tidak dijual untuk orang yang bukan warga desa tersebut. “Sebisa mungkin dibeli oleh warga Desa Dlisen Kulon,” kata Parino, salah satu warga desanya.

Jadi, jika ada warga desa yang mau menjual sawah, disarankan untuk dibeli oleh warga desanya. Keunikan lainnya adalah setiap orang yang memiliki sawah di desa ini wajib menghibahkan 10 persen luas sawah dari luas sawah yang dimiliki. Sawah ini diolah dan dipetik hasilnya oleh orang yang tidak punya sawah tersebut. Mereka juga tidak berhak menjual sawah olahan tersebut. Orang-orang ini, yakni orang yang tidak punya sawah itu, setiap malam diberi tugas untuk ronda menjaga keamaan desa secara bergantian. Hasilnya, tidak pernah ada pencurian di desa Dlisen Kulon. Jalan-jalan di desa ini sudah dipasang pavling blok, rapi dan tidak ada sampah berceceran di jalanan.

Hikmah yang bisa dipetik dari pola hidup di desa ini adalah bahwa keadilan betul-betul terasa. Yang merasa kaya tidak jumawa, yang miskin tidak meratapi kemiskinannya, tetapi ia berjuang keras untuk bisa duduk dengan sejajar dengan yang kaya. Jadi, ada 10 persen dari penghasilan desa ini dibagikan secara gratis kepada mereka yang tidak mampu. Atau, jika manajemen desa ini diterapkan pada manajemen penguasa NKRI, maka tidak ada orang kelaparan di bumi nusantara. Sepuluh persen dari APBN untuk orang miksin. Mereka bisa dipekerjakan sebagai petugas kebersihan, petugas sampah, tukang parkir, dll.

Bayangkan kalau ini bisa dicontoh oleh desa-desa lain di seluruh dunia, saya yakin perdamaian akan segera terwujud.

sumber: http://bloggerpurworejo.com/

produktif vs konsumtif Maret 16, 2009

Posted by ekojuli in management, PRIVATE.
add a comment

CERITA KEUNGGULAN KAUM PERANTAU

Cerita ini oleh-oleh dari tenggarong, ibu kota kabupaten kutai kartanegara yang kaya raya.
hari minggu jalan-jalan ke tenggarong… sama mamanya anak-anak, sama anak-anak juga. ya lumayan lahh buat membuang penat kerja semingguan… lain kali saya akan cerita tentang kota tenggarong ini. kali ini saya justru bercerita tentang produktif vs konsumtif di tenggarong.

Kota kecil tenggarong saya lihat sekilas, mulai berkembang. mobil-mobil keluaran terbaru juga bersliweran dimana-mana. rumah-rumah gedung juga berdiri megah, sampai masuk ke dalam gang pun rumah gedung mentereng berdiri congkak di samping beberapa rumah sederhana.

Saya tidak ingin menyamaratakan, tapi dari penerawangan saya… kok kebanyakan mereka menggunakan mobil mewah, rumah gedung , didapat dari hasil penjualan warisan tanah, atau karena penggusuran proyek, atau kecipratan proyek, tapi ada juga yang memang dari hasil kegiatan ekonomi produktif.

Saya hanya khawatir kegiatan proyek besar-besaran di tenggaraong yang menghasilkan “orang kaya baru” dan membiasakan mereka bahkan membudayakan kegiatan konsumtif dan melupakan “pelatihan kegaitan produktif”. Mereka dan generasi penerusnya di buat berbangga diri dengan menggunakan peralatan dan barang-barang terbaru. Mereka lebih bangga membeli mobil baru daripada membuka warung makan misalnya. Anak mudanya juga lebih bangga , membeli handphone keluaran terbaru daripada membuka kios isi ulang pulsa.

Yang saya sukai di tenggarong sampai saat ini adalah budaya mereka masih kental budaya Kutai. bahasa yang dipergunakan sehari-haripun masih bahasa Kutai. Hal ini sangat berbeda dengan Samarinda (hanya 30 menit bermobil dari Tenggarong) yang sudah tidak lagi mempunyai bahasa “asli daerah”. Akhirnya kembali ke khawatiran saya diatas, bukan tidak mungkin suatu saat, tenggarong tidak lagi berbeda dengan samarinda, jika mereka tidak bersiap menghadapai pola konsumerisme mereka. Apa hubungannya pola konsumtif dengan budaya asli? ya jelas ada laaa, coba simak terus…

Uang seratus juta yang diterima oleh penduduk lokal dipergunakan unutk kegiatan konsumtif, dan melupakan (minimal tidak seimbang) dengan kegiatan produktif, mereka sampai kapan uang 100 juta itu bisa bertahan. misalnya dibelikan mobil??? paling-paling sampai anaknya saja yang bisa menikmatinya. syukur-syukur cucunya masih bisa nyicipin mobil yang sudah menjadi mobil tua ketika cucunya lahir.

Oleh pendatang, tanah hasil pembelian 100 juta tadi di buatlah toko kecil, berkembang menjadi toko besar, berkembang terus… berkembang…

Bisa ditebak… siapa yang akan survive?? pendatang…!!!

Lalu kemana para penduduk asli 10-20 tahun yang akan datang??? Akankan mereka menjadi kuli bagi para pendatang??? ayo…. bangkit sekarang!! berdayakan… Biarkan Tenggarong tetap menjadi pusat kota Kutai… Budayakan kegiatan Produktif…

salesmanship: menjual yang efektif Maret 2, 2009

Posted by ekojuli in management, motivasi dan outbond.
2 comments

MENJUAL “HUBUNGAN” bukan MENJUAL PRODUK

sepanjang pengalaman saya hampir 10 tahun berhubungan dengan salesman, saya banyak memperhatikan tentang methoda yang lakukan oleh para salesman.

ada salah satu salesman yang cukup berhasil, menurut saya, menjalankan aktifitas penjualan. baiklah, saya coba share disini;

sejak pertama saya training, dia sangat kurang menangkap tentang produk knowledge, bahkan menyebut beberapa nama alat demo pun, salah-salah. tapi akhirnya saya loloskan dia untuk mengikuti training lapangan, dengan pertimbangan dia mempunyai cara pendekatan pribadi yang menarik. ternyata dugaan saya tidak salah. tidak lama dia pun bisa top sales di team saya. padahal mengenai produk knowledge dia mendapat nilai merah pada waktu training. bahkan sampai dia top sales pun produk knowledge dia tidak bisa mencapai lebih dari nilai 6.

dimana rahasia keberhasilannya?

pernah suatu saat saya sedang jalan untuk ketemu klient, dijalan bertemu dengan “teman” dia dan dia kelihatan ngobrol akrab seperti reuni. saya hanya melihat dari kejauhan. karena sudah terlalu lama ngobrol dan saya tidak ingin membuang waktu efektif bekerja untuk urusan pribadi, maka saya panggil dia untuk melanjutkan perjalanan bertemu klient. setelah tinggal berdua, saya tanya dia, siapa yang tadi diajak ngobrol akrab, sambil bersiap-siap ngomel karena membuang waktu kerja efektif. tapi saya tidak jadi ngomel setelah dia menjelaskan bahwa itu adalah salah satu calon customer yang sudah masuk jadwal dikunjungi hari ini. dan benar saja bahwa itu adalah salah satu calon customer, yang akan kami kunjungi hari itu, yang baru dikenalnya beberpa hari yang lalu.

saya mungkin bisa sombong selama ini karena product knowledge saya jauh lebih bagus dari dia, tapi kali ini saya harus angkat topi karena dia bisa membuat hubungan yang jauh lebih efektif dari saya dalam waktu jauh lebih singkat.

mungkin karena itu dia bisa top sales???

hitung-hitungan marketing Februari 25, 2009

Posted by ekojuli in management.
1 comment so far

What Equals 100%?


What does it mean to give MORE than

100%?

Ever wonder about those people who say

they are giving more than 100%?

We have all been in situations where

someone wants you to


GIVE OVER 100%.


How about ACHIEVING 101%?


What equals 100% in life?


Here’s a little mathematical formula that

might help


answer these questions:


If:

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U

V W X Y Z

Is represented as:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

20 21 22 23 24 25 26.


If:

H-A-R-D-W-O-R- K

8+1+18+4+23+15+18+11 = 98%

And:

K-N-O-W-L-E-D-G-E

11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96%

But:

A-T-T-I-T-U-D-E

1+20+20+9+20+21+4+5 = 100%

THEN, look how far the love of God will

take you:

L-O-V-E-O-F-G-O-D

12+15+22+5+15+6+7+15+4 = 101%

Therefore, one can conclude with

mathematical certainty that:

While Hard Work and Knowledge will get

you close, and Attitude will

get you there, It’s the Love of God that will

put you over the top!

source: stranges-world.blogspot.com