jump to navigation

“SAMPEYAN” Mei 12, 2009

Posted by ekojuli in PRIVATE.
Tags: , , ,
5 comments

Cara Berbahasa = Keagungan Budaya Indonesia

Di Kalimantan Timur khususnya Balikpapan, banyak juga loh orang jawa, Terutama dari Jawa Timur. Makanya kata “Sampeyan” untuk menggantikan kata Kamu [yang terlalu kasar] atau mengganti kata Anda [yang terlalu formil] ya jadilah kata “sampeyan” itu… Bukan cuma orang jawa loh yg pake disini, bukan orang jawa pun pake. Juga dipakai bukan kepada orang jawa. Sampeyan menjadi bahasa resmi sebagai kata ganti kedua.

Buat orang yang bukan Jawa [bahkan mungkin sebagian orang jawa juga] menganggap kata “sampeyan” sebagai bahasa jawa yang halus. Yang bisa diucapkan untuk siapa saja, terutama orang yang tua atau orang kita hormati. Bagaimana sebenarnya?

Sebenarnya dalam bahasa jawa (versi purworejo), yang saya tahu, kata “sampeyan” sendiri bukanlah bahasa yang cukup halus untuk digunakan kepada orang tua atau orang yang sangat dihormati. Sampeyan digunakan untuk orang yang dihormati dengan strata yang tidak terlalu tinggi. (Tanpa bermaksud merendahkan suatu pekerjaan) Biasanya digunakan untuk -pekerja kasar, pedagang kecil, dan atau yang satu strata dengan itu. Dan sama sekali tidak cocok digunakan kepada orangtua sendiri, atau pekerjaan priyayi : guru, dokter, pejabat, lurah, (ini juga sama sekali tidak bermaksud lebih mengangungkan pekerjaan tersebut dari yang lain).

Pengganti orang kedua(“kamu”) dalam bahasa jawa lumayan banyak,

  • kowe
  • sira
  • awakmu
  • sampeyan
  • njenengan
  • panjenengan
  • panjenengan dalem,
  • panjengan ingsun
  • slirane (update dr pak salmet wijadi blogger purworejo)
  • sliranipun,

semua kata diatas mempunyai arti sama yaitu anda = kamu = engkau. Dan masing-masing harus digunakan pada orang yang tepat , dengan cara yang tepat, juga harus meliaht dulu siapa saya, pada posisi apa. Kok susah ya? ya eaaa laaaa. Itu baru satu kata….

Menurut saya, ini menunjukkan keagungan budaya suatu bangsa. Justru menurut saya, dapat menjadi indentitas yang melekat dalam diri bangsa Indonesia. Itu baru satu kata dari satu bahasa (bahasa jawa). Indonesia sendiri mempunyai beribu-ribu bahasa yang bisa menghasilkan bejuta-juta kata( bahkan mungkin bermilyar2 kata).

Masalahnya… kadang-kadang kita tidak bersyukur apa yang kita miliki. Terus kita teriak-teriak kalau yang kita miliki di klaim orang lain. Seperti batik, reog, dan beberapa lagu yang klaim malaysia. Persis kaya rifqi (5 taon), punya mainan, tapi ga mau mainin. Giliran ada temannya yang mau pinjam, berebut dehhhhhhhhhh…

Back to Case. Beruntung bapak saya dulu [sekarang juga masih kayanya] sering dipanggil untuk menjadi pranatacara [pembawa acara basa jawa], jadi saya bisa ikut tau sedikit tentang tingkatan bahasa jawa. Dan tentu saja banyak lagi yang unik dari bahasa jawa, yang berangkali saya tidak punya kapasitas yang cukup untuk mengulas. Semoga bapak saya sempat membaca tulisan saya ini, trs bisa urun rembug?

SYUKURI, JAGA, DAN LESTARIKAN BUDAYA LUHUR BANGSA SENDIRI