jump to navigation

AYO BERKUNJUNG KE PURWOREJO Mei 28, 2009

Posted by ekojuli in PRIVATE.
Tags: , , , ,
64 comments

Barangkali, saya tidak cukup kompeten untuk menulis tentang wisata di Purworejo. Kecintaan saya terhadap tanah kelahiranlah yang mendorong untuk menulis ini. Supaya Purworejo bisa bangun dari kota pensiun menjadi kota wisata… (bisa ga ya….)

Sebenarnya Purworejo mempunyai potensi sungguh luar biasa, sehingga banyak alasan kabupaten ini seharusnya dapat bekembang jauh lebih cepat dari kabupaten lain.

monumen_ahmad_yani_purworejo

Letak Geografis

Purworejo terletak di Jalur Utama Jawa via Pantai Selatan. Jalur ini yang menghubungkan Jogya, Kebumen, juga Magelang. Tentu saja faktor letak geografis sangat menguntungkan Purworejo dalam hal distribusi.

Potensi Peternakan,

Purworejo memiliki ternak andalan yaitu kambing etawa, yang kualitasnya terkenal seentero nusantara. Dalam hal ini selain, dagingnya, susunya-pun merupakan potensi yang luar biasa. Sungguh ini potensi yang luarbiasa (menurut saya), bahkan bisa jadi Purworejo menjadi Pemasok terbesar daging kambing di Indonesia bahkan bukan tidak mungkin di export ke manca negara. kenapa tidak?

Potensi Pertanian,

Sepanjang yang saya tahu, kabupaten purworejo, termasuk kebupaten agragris. Wong sempet terkenal gara-gara uji coba yang gagal padi supertoy yang “ditanam” presiden SBY. Back to the case, dari situ bisa terlihat bahwa tanah purworejo subur, tongkat dan kayu (ditancap) jadi tanaman, istilahnya…

Bandingkan dengan di balikpapan, untuk menanam bunga aja harus membeli “tanah subur” satu karungnya Rp.5000,- wedew…

Tentu saja potensi “tanah yang subur” ini juga terkait dengan ketersediaan pangan bagi ternak yang potensial tadi.

Potensi (Home) Industri

Purworejo juga potensial untuk dikembang industri, mulai dari Empon-Empon, industri gula kelapa (harus ada sedikit inovasi dongg… jangan yang gitu-gitu aja, misalnya gula kelapa dalam bentuk serbuk… ada kok pernah liat di tipi), empling mlinjo (yang pohonnya betebaran di seluruh wilayah purworejo), manggis kaligesing, durian somangari ( nahh… yang ini terkenal nih sampai ke jakarta juga), apa lagi? Industri makanan tradisional: geblek, keripik belut, lanting, keripik tempe… wedew banyak deh… (saya jadi tahu bahwa makanan itu diminati detelah saya tinggal jauuhhhhh dr purworejo).

Saya yakin banyak lagi potensi lain yang bisa dikembangkan…

POTENSI WISATA,

Nah… ini nih…. Sebenarnya potensi yang ditulis diatas, jika berkembang dengan baik akan dapat menjadi potensi wisata juga. Tapi yuk kita simak tempat-tempat wisata yang sudah ada yang sangat pantas untuk dikunjungi…

PANTAI PASIR PUNCU DAN KETAWANG

ktw8

Dua puluh dua kilometer dari Kota Purworejo atau sebelas kilometer dari Kota Kecamatan Kutoarjo ke selatan, tepatnya di Hardjobinangun dan Ketawang Kecamatan Grabag, kita dapat menikmati wisata bahari Pantai Pasir Puncu dan Ketawang. Kawasan ini memiliki pesona tersendiri dengan panorama Pantai Laut Selatan yang menarik dan menawan. Perjalanan wisata ke kawasan tersebut sungguh memikat. Dari kota Kutoarjo, di sepanjang jalan wisatawan dapat menyaksikan berbagai keindahan dan keunikan alam Purworejo berupa hamparan sawah di kiri-kanan jalan dan rangkaian Pegunungan Geger Menjangan yang menakjubkan. Perjalanan akan terasa makin pendek karena di sepanjang jalan menuju kawasan wisata tersebut ditanami berbagai jenis pohon rindang seperti Asam Jawa dan Mahoni. Kesejukan ini seolah memberikan nuansa baru sehingga tanpa terasa wisatawan telah memasuki pintu gerbang kawasan wisata pantai tersebut.

Di pintu gerbang inilah wisatawan akan berjumlah dengan dua buah jalan berpasir, di mana jalan ke kiri menuju Pantai pasir Puncu dan Jalan ke kanan Pantai Ketawang dengan jarak masih-masing kira-kira 2 kilometer dan 1,5 kilometer. Situasi sepanjang ke dua jalan ini hampir sama; di kiri – kanan jalan berupa perkebunan tebu yang tertata rapi. Begitupula keindahan pantainya. Pantai Selatan yang indah dengan ombak besar memecah pantai putih membuih. Adalah pantai Pasir Puncu memiliki keistimewaan yang jarang diperoleh di tempat lain. Tempat ini merupakan muara kali Rebung, Kali Kedungmacasan dan Kali Pedegolan. Ketiga kali yang berbapu menyatu menjadi satu muara yang kemudian dikenal sebagai sungai jali ini menciptakan suatu pesona yang cukup langka. Kondisi ini semakin lebih indah tatkala gelombang air laut menggulung kepantai menyambut kedatangan air sungai. Perpaduan antara air sungai yang berwarna keruh dengan air laut yang berwarna biru itu menghasilkan pemandangan sangat indah.

Tawaran menarik lain yang dapat dinikmati wisatawan di Pantai Pasir Puncu di samping keindahan pantainya adalah wisata air dengan naik perahu tempel di muara sungai Jali. Di pantai pasir Puncu maupun Ketawang, wisatawan dapat denganleluasa menyaksikan betapa indahnya suasana matahari terbenam di ufuk barat. Untuk mencapai kawasan wisata Pantai Puncu Pasir dan Ketawang, wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi, bus mini (Purnomo, Langgeng, dan lain-lain) atau menggunakan andong yang selalu siap melayani setiap dibutuhkan. Kondisi jalannya sudah beraspal, kecuali 1,5 sampai 2 kilometer sebelum obyek. Kedua pantai tersebut dapat dapat juga dicapai melalui Kecamatan Purwodadi, sekitar 12 kilometer dari Kota Purworejo. Bila jalur ini yang hendak ditempuh, maka wisatawan bisa singgah terlebih dahulu di obyek wisata Pantai Jatimalang Indah yangt idak kalah menariknya dengan Pantai Pasir Puncu dan Ketawang. Pantai Jatimalang Indah masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi, Purworejo.

Sebagaimana pantai-pantai lain di pesisir selatan, pantai ini “dilindungi ” oleh mitos Nyi Roro Kidul.

MASJID JAMI’ PURWOREJO

masjid-agung

Masjidnya sih biasa, tapi Bedugnya, luarbiasa… setahu saya ini bedug dari kayu utuh yang terbesar di indonesia, bahkan di dunia (ya iya wong didunia ga ada yang pakai bedug untuk penanda waktu adzan).

Liat nih spek bedug-nya:

– Panjang rata-rata = 292 centimeter

– Garis tengah bagian depan = 194 centimeter

– Garis tengah bagian belakang = 180 centimeter

– Keliling bagian depan = 601 centimeter

– Keliling bagian belakang = 564 centimeter

6.Bedug

Setelah masjid dibangun lalu muncul ide baru dari Bupati Cokronegoro I untuk melengkapinya dengan sebuah Bedug yang harus dibuat istimewa sehingga menjadi tanda peringatan di kemudian hari. Keberadaan Bedug menurut Bupati Cokronegoro I sangat diperlukan adik sang Bupati yaitu Mas Tumenggung Prawironegoro Wedana Bragolan, disarankan agar bahan Bedug dibuat dari pangkal (bongkot) pohon Jati. Bahan baku dari pohon jati tadi sesungguhnya berasal dari Dukuh Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Dari cerita lisan yang turun temurun, pohon-pohon jati yang terdapat di Dukuh Pendowo telah berusia ratusan tahun dengan ukuran besar-besar bahkan ada yang bercabang lima. Dalam ilmu kejawen, pohon-pohon jati besar bercabang lima yang disebut Pendowo mengandung sifat perkasa dan berwibawa. Pembuatan Bedug yang dikenal sebagai Bedug Kyai Bagelen (Bedug Pendhawa) ini diperkirakan dilakukan pada tahun jawa 1762 atau tahun 1834 masehi bersamaan dengan selesainya pendirian bangunan Masjid Agung. Cara pembuatan bedug ini dimulai dengan menghaluskan permukaan bongkot kayu jati, kemudian bagian tengahnya dilubangi hingga tembus dari ujung ke ujung (growong) dan dihaluskan kembali.

Sebagai penutup bedug, mula-mula digunakan bahan dari kulit banteng. Akan tetapi, setelah 102 tahun kemudian (3 mei 1936) kulit bedug bagian belakang mengalami kerusakan sehingga diganti dengan kulit sapi ongale (benggala) dan sapi pemacek yang berasal dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo. Sedangkan di dalam Bedug Kyai Bagelen di pasang sebuah gong besar yang berfungsi untuk menambah getaran dan bunyi (anggreng). Ada persoalan baru ketika bedug selesai dibuat, yaitu persoalan pemindahan dari Dukuh Pendowo (Jenar) ke Kota Purworejo, seperti diketahui, jarak Pendowo – Purworejo cukup jauh yaitu sekitar 9 kilometer dengan kondisi jalan yang sangat sukar dilalui. Untuk mengatasi persoalan ini tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kelebihan, kebijaksanaan dan keberanian di dalam menjalankan tugas. Bupati Cokronegoro I atas usul adiknya Raden Tumenggung Prawironegoro mengangkat Kyai Haji Muhammad Irsyad yang menjabat sebagai Kaum (Lebai/Naib) di desa Solotiyang, Kecamatan Loano untuk mengepalai proyek pemindahan Bedug Kyai Bagelan. Atas kepemimpinan Bedug sang Kyai, saat itu oleh para pekerja diangkat secara beramai-ramai diiringi bunyi gamelan lengkap dengan penari tayub yang telah menanti di setiap pos perhentian. Akhirnya setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Bedug Kyai Bagelen tiba di Masjid Agung Kabupaten Purworejo. Kini, Bedug kyai Bagelen diletakkan di sebelah dalam serambi Masjid. Barang siapa ingin mendengar suaranya, datanglah pada saat Ashar, Maghrib, Isya, Subuh dan menjelang shalat Jum’at. Di samping itu, pada setiap saat menjelang sholat Sunat Idul Fitri dan Idul Adha, acara-acara atau peristiwa-peristiwa keagamaan Islam dan memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Bedug Kyai bagelen selalu ditabuh untuk memberi tanda dan penghormatan.

ALUN-ALUN PURWOREJO

Terletak tepat di depan masjid jami’. Alun-alun berupa lapangan rumput yang luas, di beberapa daerah di Jawa, lumrah terletak didepan masjid jami’ . Kono alun-alun ini merupakan yang terluas di Jawa. Alun-alun purworejo ini digunakan untuk kegiatan olah raga, upacara, dan berbagai kegiatan umum lainnya.

Nah, di Alun-alun Purworejo ini, mulai sore sampai tengah malam mangkal banyak pedagang makanan di sepanjang pinggiran alun-alun. muali bakso, pangsit, ronde, nasi goreng, gorengan, ayam bakar, dan banyak lagi. Nikmat sekali nongkrong sambil wisata kuliner di alun-alun purworejo. Harganya juga relatif sangat terjangkau. Coba deh..

MUSEUM TOSAN AJI

Museum ini ada di kecamatan kutoarjo, tepatnya di ex-kawedanan kutoarjo. Sesuai namanya museum ini berisi benda-benda pusaka, berupa keris, tombak dan laiin-lain. Di museum ini juga terdapat cara-cara pembuatan pusaka -pusaka itu.

musium-tosan-aji

GEREJA BELANDA

gereja-belanda1

Gereja ini dibangun pada jaman pemerintahan Hindia Belanda, sekarang bernama GPIB (Gereja Protestan Indonesia bagian Barat). Letak gereja ini sama dengan masjid agung, sama-sama berdiri di depan alon-alon kota Purworejo. Sampai saat ini masih berfungsi sebagai rumah peribadatan dan melayani jemaah.
Kesenian

dolalak team

Purworejo memiliki dua kesenian yang khas : Jidur, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar), biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa)kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak
Dzikir Saman – kesenian ini mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah(arab, artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton)

SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk mewujudkan itu semua, yang sangat menentukan adalah SDM nya. Dan Saya yakin orang-orang purworejo amat sangat potensial. Rasanya tingglal klik saja.

Bahkan beberap orang asal Purworejo yang terkenal di kancah Nasional, sebutlah beberapa nama:

Ayo datang ke Purworejo….

Yuk mari…