jump to navigation

Seni Berkomunikasi dengan Anak Desember 3, 2009

Posted by ekojuli in parenting, PRIVATE.
Tags: , , , , , ,
13 comments

Berkomunikasi dengan Anak (terutama Balita) baru sadar, ternyata memerlukan perhatian yang super insentif. Bagaimana tidak, selama ini saya pun mengangap enteng setiap kata yang saya kata pasti sama seperti yang anak saya Rifqi ( 6 tahun) dan Diva ( 2,5 tahun) pahami.

Baiklah… coba simak komunikasi lucu dibawah ini

Diva

Suatu saat Diva Demam… Mamanya (kebetulan seorang bidan) memeriksa keadaan Diva dengan seksama. Maka terjadilan percakapan

Mama : Diva, coba buka mulutnya…
Diva : (membuka mulutnya)
Mama : Keluarkan Lidahnya, Nak…
Diva : (mengeluarkan lidahnya)
Ayah : Barangkali Diva demam karena mau tumbuh gigi…
Mama : Diva, coba tarik (lagi) lidahnya Nak…
Stop…!!! Coba tebak apa yng dilakukan Diva dengan instruksi mama-nya tadi? Salah…!!! ini dia yang dilakukan Diva,
Diva : (menarik lidahnya PAKAI TANGANNYA…)
Mama : (waduh salah instruksi nih…) Toeng…!!!
Ayah : Wakakakakakk

Apa yang salah dengan dengan instruksi mama-nya? Apa yang salah juga klu Diva menarik lidahnya pakai tangannya??

Yang perlu dicermati adalah:
1, Berhati-hati dengan setiap kata yang kita sampaikan kepada anak.
2. Yakinkan bahwa apa yang kita sampaikan sama seperti yang dia maksudkan
3. Mintalah umpan balik dari setiap hal yang kita sampaikan.
4. Mintalah anak mengulang beberapa hal yang kita sampaikan…

DIVA - RIFQI

Contoh lagi

Diva Masih Demam, Subuh setelah diminumin obat oleh mamanya Diva terbangun. Kakinya Dinginnnn sekali Kasihan Dia….
Dari Pelukan Mamanya dia minta Pindah Ke pelukan saya… Ada sedikit seyuman dibalik “kesakitan” Diva…
Ayah : Diva masih sakit?
Diva : Iya Yah..
Perut Diva Capek…!!!
Ayah : (Memeluk Diva sambil kebingungan apa maksudnya perut capek???)

Contoh lain lagi

Kami sekeluarga lagi pengen makan diluar. Dijalan, Diva membuka jendela Mobil karena kepanasan ( eaaa lahh SIPOET pakai-nya AC alami / Angin Cendela). Terus Dive mengeluarkan tangannya keluar jedela..

Mama : Diva… Ayo masukkan tangannya nanti kena mobil lohhh
Diva : (bandel) Nggak Mau… Nggak ada mobil kok tuhh tuhh…. MOBILNYA HABIS…

Entahlah maksud Diva sebenarnya apa….

Lanjut lagi…. Sekerang giliran cerita tentang Rifqi (6 tahun) anak saya yang sulung…

Begini ceritanya….

Suatu hari Rifqi pulang ngaji, biasa lahhh Heboh… Nggodain Diva adiknya sambil teriak-teriak…
Ayahnya yang sedang “sibuk” nonton tivi memperingatkan Rifqi sambil berteriak….
Ayah : Rifqi….. Jangan Teriak-Teriak….!!! Sudah Malam Nih…
Rifqi : Lha… itu Ayah Aja juga teriak-teriak..!!!
Ayah : Toeng…!!! (Iya juga yah…. tapi klu nggak teriak apa ya Rifqi dengar perintah ayahnya, wong pada ribut begitu…)

Baiklah… Klu kita rewind<<< seharusnya kejadiannya mungkin begini:

Suatu hari Rifqi pulang ngaji, biasa lahhh Heboh… Nggodain Diva adiknya sambil teriak-teriak…
Ayahnya yang sedang “sibuk” nonton tivi >>> berdiri dan menghampiri Rifqi sambil berkata,
Ayah : Rifqi… ayo jangan ribut… sudah malam…

Atau Contoh lain yang juga pakai label DONT TRY THIS @ HOME:

Rifqi sedang “berkelahi” memukul Diva gara-gara berebut maian. Diva nangis meraung-raung… Ayah datang sebagai superhero, sambil berteriak:
Ayah : Rifqi…. jangan pukul Adik….!!!
AYAH PUKUL RIFQI NANTI….!!!
Rifqi : (kenapa rifqi nggak boleh pukul adik, tapi ayah boleh rifqi???)

Dari kasus diatas, tentu saja Rifqi berpikir: Klu Rifqi Nakal Ayah boleh memukul Rifqi? Lha Klu Adik Nakal (karena merebut mainan Rifqi) kenapa Rifqi tidak boleh memukul Adik??? Gimana?

Mari kira Rewind<<< apa yang seharusnya terjadi:

Rifqi sedang “berkelahi” memukul Diva gara-gara berebut maian. Diva nangis meraung-raung… Ayah datang sebagai superhero…
Ayah : Rifqi kenapa memukul Adik??
Rifqi : Adik mengambil mainan Rifqi
Ayah : Rifqi itu kan guru-nya Adik… klu Rifqi memukul adik, adik akan meniru kakaknya, nanti adik akan memukul juga
Klu Diva mengambil mainan Rifqi, Rifqi tunjukkan mainan lain Diva pasti mau….

( atau alternatif lain tanpa melakukan kekerasan untuk menghentikan kekerasan, tidak akan berhasil )

[parenting] Bintang Untuk Rifqi Juli 30, 2009

Posted by ekojuli in parenting, PRIVATE.
Tags: , , , , , , , , , , , ,
18 comments

Pola Pengasuhan dengan Methoda Reward and Punishment

Perhatian…!!! Tulisan ini ditulis Bukan oleh Ahli-nya; Hanya Orang Tua dari 2 Anak, Itu Saja

PR buat saya adalah bagaimana mengasuh, mengajari anak-anak tanpa bentakan, tanpa marah-marah, tanpa pukulan (apalagi ini). Banyak teori banyak seminar jadi bingung mana yang bisa diterapkan. Akhirnya mencoba menggunakan cara sendiri…

PERMAINAN REWARD AND PUNISHMENT

Kenapa kok disebut permainan reward and punisment. Ya biar fun… namanya juga permainan, pasti mengasyikkan. Bahkan bagi saya pekerjaanpun bisa diwujudkan dengan permainan… Intinya target tercapai… fun juga tercapai…

Caranya simpel,

Pertama kita daftar apa saja yang bisa diperbaiki dari sikap Rifqi  (6 tahun)

misalnya:

  • Pagi hari tidak pernah tersenyum, cenderung menggerutu, mengeluh….
  • sering “berkelahi” dengan adik
  • membantah mama
  • tidak mau tidur siang
  • “takut” ke sekolah (yang memang masih baru)
  • tidak mau mengucapkan terimakasih
  • tidak mau mengucapkan minta maaf
  • berkata kasar
  • tidak mau mengatakan “permisi”

Trus klu sudah…. didaftar tinggal kita buat Bintang…. Bisa dengan kertas atau beli yang sudah jadi.  Untuk apa?

Bintang Rifqi

Bintang Rifqi

Setiap Rifqi menunjukkan  “memperbaiki sikap” atau bersikap positif akan mendapat satu bintang (selain pujian secara lisan).

misalnya:

  • pagi hari tersenyum dan “tidak marah-marah” = 1 Bintang
  • disekolah ditunjuk menjadi ketua kelas = 1 bintang
  • menyayangi adik = 1 bintang
  • minta maaf kalau salah = 1 bintang
  • tidur siang = 1 bintang
  • dst….

Kemudian setiap Rifqi mengumpulkan 5 bintang dia akan mendapat 1 POIN

POIN RIFQI

POIN RIFQI

Poin bisa digunakan untuk :

  • bermain/sewa play station 1 jam( khusus hari libur) *
  • ke kolam renang
  • bermain bom bom car
  • dll…

Bintang dan POIN bisa digantung di kamar atau tempat bermain yang bisa terlihat jelas oleh Rifqi

5 Bintang = 1 Poin

5 Bintang = 1 Poin

Orang tua bertindak sebagai panitia sekaligus Jury oleh karenanya harus jujur dalam menilai…. Jangan ingkar janji.

Tadi Pagi Rifqi bertanya, Yah, Rifqi mau tukar Poin untuk uang jajan….  STOP…!!! Poin tidak dapat diuangkan. Uang jajan dan tabungan tidak berhubungan dengan poin. Poin hanya untuk having fun sebagai Reward untuk memperbaiki sikap. Jika mungkin akan memperbaiki karakter.

Belajar menabung pernah saya tulis pada posting sebelum2nya: Belajar Menabung Anak.

DIMANA LETAK PUNISHMENT-NYA?

Punisment diberikan dalam bentuk pengurangan Bintang.

misalnya:

  • Marah-marah tanpa alasan jelas = berkurang 1 bintang
  • Tidak mau tidur siang = berkurang 1bintang
  • “berkelahi” dengan adik = berkurang 1 bintang
  • marah-marah sama mama = berkurang 2 bintang
  • berkata kasar = berkurang 2 bintang
  • BERBOHONG = BERKURANG 5 BINTANG

Sampai sekarang Rifqi masih fun dengan metodha Bintang dan Poin. Bisakan terus bertahan mengajari anak tanpa berlaku kasar kepadanya?? Semua berawal dari niat. jika methode ini kurang berhasil  Insya Allah akan ada cara lain lagi…

Bagaimana???